ubiungu mengandung pigmen yang merupakan senyawa flavonoid yaitu antosianin.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jenis pelarut dan jenis kertas terhadap perubahan warna yang dihasilkan pada kertas indikator asam-basa dari ekstrak kulit ubi ungu setelah diuji.Penelitian ini menggunakan metode eksperimen
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pati terhadap karakteristik film biodegradable dari pati kulit ubi kayu. Penelitian ini merupakan RAL yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 kali ulangan. Variable yang diamati adalah uji kuat tarik, uji persen perpanjangan, uji ketahanan air dan uji biodegradibilitas. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sidik ragam yang diolah dengan menggunakan SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukan penambahan konsentrasi pati kulit ubi kayu Manihot esculenta berpengaruh secara signifikan terhadap uji yang meliputi karakteristik kuat tarik, persen perpanjangan, ketahanan air dan biodegradibilitas dimana pembuatan kemasan biodegaradable dengan penambahan konsentrasi pati 45%, 50% dan 55%. Untuk parameter kuat tarik, ketahanan air dan biodegradibilitas perlakuan terbaik terdapat pada penambahan konsentrasi pati kulit ubi kayu 55% sedangkan pada uji perpanjangan perlakuan terbaik pada konsentrasi pati kulit ubi kayu 50%. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian P-ISSN 2476-8995 Volume 6 Nomor 1 Februari 2020 65 –74 E-ISSN 2614-7858 Sintesis Kulit Ubi Kayu manihot esculenta Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Kemasan Biodegradable Synthesis of Cassava Bark manihot esculenta As a Basic Material for Making Biodegradable Packaging Adil, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Universitas Negeri Makassar. Email Patang, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Universitas Negeri Makassar. Email patang Andi Sukainah, Program Studi Pendidikan Teknologi Pertanian, Universitas Negeri Makassar. Email andisukainah Abstrak Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pati terhadap karakteristik film biodegradable dari pati kulit ubi kayu. Penelitian ini merupakan RAL yang terdiri dari 3 perlakuan menggunakan bahan utama gliserol dan kitosan 13 dengan penambahan konsentrasi pati 45%, 50% dan 55%. dan 3 kali ulangan. Variable yang diamati adalah uji kuat tarik, uji persen perpanjangan, uji ketahanan air dan uji biodegradibilitas. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis sidik ragam yang diolah dengan menggunakan SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukan penambahan konsentrasi pati kulit ubi kayu Manihot esculenta berpengaruh secara signifikan terhadap uji yang meliputi karakteristik kuat tarik, persen perpanjangan, ketahanan air dan biodegradibilitas dimana pembuatan kemasan biodegaradable. Untuk parameter kuat tarik, ketahanan air dan biodegradibilitas perlakuan terbaik terdapat pada penambahan konsentrasi pati kulit ubi kayu 55% sedangkan pada uji perpanjangan perlakuan terbaik pada konsentrasi pati kulit ubi kayu 50%. Kata Kunci Biodegradable, Kemasan, Kulit Ubi Kayu, Sintesis Abstract The study aims to determine the effect of variations in starch concentration on the characteristics of biodegradable films from cassava starch. This research is a RAL consisting of 3 treatments using the main ingredients glycerol and chitosan 1 3 with the addition of starch concentrations of 45%, 50% and 55%. and 3 replications. The observed variables are tensile strength test, percent extension test, water resistance test and biodegradiability test. The analysis technique used in this study was analysis of variance which was processed using SPSS version 20. The results showed that the addition of cassava skin starch concentration Manihot esculenta significantly affected the test which included tensile strength characteristics, elongation percent, water resistance and biodegradiability where making biodegaradable packaging. For the parameters of tensile strength, water resistance and biodegradiability of the best treatment there is an increase in the concentration of cassava skin starch 55%, while in the extension of the best treatment at 50% cassava skin starch concentration. Keywords Biodegradable, Packaging, Cassava Skin, Synthesis JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 Latar Belakang Kemasan plastik merupakan wadah atau tempat untuk memberikan perlindungan sesuai tujuannya. Penggunaan plastik sebagai kemasan karena memiliki kelebihan antara lain bersifat kuat, ringan, fleksibel, tahan lama dan murah. Selain kelebihan yang sangat bermanfaat plastik kemasan menimbulkan permasalahan bagi lingkungan. Sampah yang dihasilkan oleh plastik kemasan sulit terdegradasi atau tidak dapat diuraikan secara alami oleh mikroba di dalam tanah, sehingga terjadi penumpukan sampah plastik yang dapat menyebabkan pencemaran dan kerusakan bagi lingkungan. Kelemahan lain adalah bahan utama pembuat plastik yang berasal dari minyak bumi, yang keberadaannya semakin menipis dan tidak dapat diperbaharui. Sampah plastik kemasan yang sulit terdegradasi mendorong banyak pihak untuk melakukan penelitian membuat plastik kemasan yang mudah terdegradasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi permasalahan lingkungan tersebut yaitu mengembangkan biodegradable. Seiring dengan persoalan ini, maka penelitian bahan kemasan diarahkan pada bahan-bahan organik yang dapat dihancurkan secara alami dan yang paling penting bahannya mudah diperoleh. Biodegradable merupakan plastik yang berasal dari bahan alam dan dapat diuraikan oleh mikroorganisme menjadi senyawa yang lebih sederhana. Bahan-bahan yang dapat digunakan salah satunya penelitian ini adalah pati kulit ubi kayu jenis adira 1 karena memiliki Kandungan pati berkisar 44-59% dan yang paling tinggi diantara semua jenis ubi kayu. Ketersedian ubi kayu di Indonesia cukup tinggi berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2005, luas areal pertanaman ubi kayu di Provinsi Sulawesi Barat mencapai Ha dengan total produksi ton. Areal tersebut terdapat di Kabupaten Polewali Mandar seluas Ha dengan produksi sebesar 211,66 ton, Kabupaten Majene 114,14 ton dengan luas Ha, Tinambung 136,41 ton dengan luas 605 ha, Pambusuang 53,34 ton dengan luas 754 ubi kayu yang melimpah tentunya menyisahkan permasalahan lingkungan berupa kulit ubi kayu. Kulit ubi kayu mencapai 10-20% dari umbidan lapisan periderm mencapai 0,5-2,0% dari total berat umbi, lapisan korteks yang berwarna putih mencapai 8-19,5%. Berdasarkan penelitian pendahuluan Lazuardi 2013 menyatakan dalam 100 g kulit ubi kayu mengandung pati 15-20 g. Plastik biodegradable memiliki peluang usaha yang besar di Indonesia karena pemerintah pernah menyuarakan tentang sampah plastik yang ada di Indonesia. Biodegradable dengan kegunaan dan fungsi hampir sama dengan plastik yang terbuat dari minyak bumi akan sangat diminati oleh pemerintah kemudian akan menjadi prioritas utama pemerintah untuk diproduksi di Indonesia karena kelebihan dari plastik biodegradable ini mudah terurai. Kandungan pati yang berasal dari kulit ubi kayu yang cukup tinggi memungkinkan digunakan sebagai film plastik biodegradabel. Potensi tersebut dapat digunakan sebagai peluang untuk memberikan nilai tambah pada kulit ubi kayu sebagai bahan dasar dalam pembuatan kemasan plastik yang ramah lingkungan. Pada penelitian ini pati yang digunakan adalah pati yang berasal dari kulit ubi kayu adera 1, namun dalam penggunaan pati ubi kayu masih memiliki kekurangan yaitu mudah sobek maka dilakukan penambahan film dengan bahan kitosan yang JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 mempunyaisifat komponen reaktif, pengikat, pengkilat, pengabsorbsi, penstabil, pembentuk film yang mudah di biodegradabillity sedangkan film berbahan gliserol memiliki kemampuan membentuk lapisan film yang fleksibilitas. Penambahan kitosan untuk menghasilkan sifat mekanik yang baik telah dilakukan Aripin 2017 yang meneliti studi pembuatan bahan alternatif Plastik biodegradable dari pati ubi jalar dengan plastcizer glizerol dengan metode melt intercalation. Penambahan kitosan yangmemiliki struktur rantai polimer dan cenderung membentuk fasa kristalin akanmeningkatkan kekuatan bioplastik. Penambahan gliserol pada pembuatan bioplastik telah dilakukan Arisma 2017 yang meneliti pengaruh penambahan plasticizer gliserol terhadap karakteristik edible film dari pati talas Colocasia esculenta L. schott. Berdasarkan uji kesukaan yang dilakukan pada 30 orang mahasiswa menunjukkan bahwa konsumen menyukai dodol yang dikemas menggunakan edible film dengan konsentrasi gliserol 30%, baik dari segi warna, aroma, rasa dan kekenyalan. Berdasarkan uraian di atas penelitian ini berupaya membuat biodegradabledari pati kulit ubi kayu Manihot esculenta dengan berbagai variasi konsentrasi pati 45%, 50% dan 55% dengan bahan utama menggunakan kitosan dan gliserol. Adapun konsentrasi gliserol dan kitosan 13 sebagai perlakuan control ini sesuai dengan penelitian Selpiana 2016 yang memiliki perlakuan GliserolKitosan terbaik pada 13. Variasi konsentrasi pati bertujuan untuk mengetahui konsentrasi optimum terhadap karakteristik film biodegradable yang dihasilkan. Selanjutnya film biodegradable tersebut diuji karakteristiknya dengan parameter uji ketahanan air dan uji biodegradibiltas. Untuk membantu mengetahui hasil analisis uji karakteristik biodegradable yang diperoleh berpengaruh secara signifikan atau tidaksignifikan, dilakukan analisis menggunakan SPSS Statistical Package for Social Science versi Adapun tujuan dalam Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi pati terhadap karakteristik film biodegradable dari pati kulit ubi kayu Manihot esculenta. Bahan dan Metode Penelitian adalah penelitian eksperimen, dimana peneliti menggunakan rancangan acak lengkap RAL. Rancangan acak lengkap dapat didefinisikan sebagai rancangan dengan beberapa perlakuan yang disusun secara random untuk seluruh unit percobaan. Desain ini digunakan karena percobaan dilakukan dilaboratorium dan kondisi lingkungan dapat dikontrol Nazir, 2003. Desain penelitian dengan 4 perlakuan dan kontrol sebagai pembanding. Perlakuan A gliserol - Kitosan 13 dengan penambahan Pati 45%, Perlakuan B gliserol - Kitosan 13 dengan penambahan Pati 50%, Perlakuan C gliserol - Kitosan 13 dengan penambahan Pati 55% serta kontrol tanpa penambahan pati. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pendidikan Teknologi Pertanian, Laboratorium Kimia Analitik Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar dan Laboratorium Fisika Balai Besar Industri Hasil Perkebunan. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai Pada bulan Februari-April 2019. JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 68 Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan yaitu oven digital, neraca analitik, mechanical universal testing machine, gelas ukur 100 ml, thermometer 110 oC, gelas kimia 250 ml, pipet skala 1 ml, cetakan kaca ukuran 20 x 20 cm, wadah larutan, wadah kedap udara, blender, spatula dan gunting. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu pati kulit ubi kayu Pati, aquadest H2O, gliserol, kitosan, natrium klorida, asam asetat dan Lampu. Tahap Persiapan Pembuatan Larutan Pati Larutan pati dibuat dengan cara menimbang pati kulit ubi kayu dengan berat 2 g dilarutkan dalam 100 ml aquades di dalam gelas kimia, kemudian diaduk selama 25 menit dengan cara pemanasan di atas kompor listrik pada suhu 80oC sampai terbentuk larutan homogen. Perlakuan pembuatan larutan pati diulangi untuk perlakuan B dan perlakuan C serta ulangan. Pembuatan Larutan Kitosan Larutan kitosan dibuat dengan cara menimbang kitosan dengan berat 2 g dilarutkan dalam 100 ml aquades di dalam gelas kimia 250 ml. Selanjutnya dilarutkan dalam asam asetat 1%, kemudian diaduk selama 25 menit dengan cara pemanasan diatas kompor listrik pada suhu 85oC sampai terbentuk larutan homogen dan membentuk larutan kental. Pembuatan Biodegradable Pembuatan biodegadable dilakukan dengan cara mencampurkan larutan gliserol dan kitosan dengan larutan pati sesuai perlakuan 13+45%. Setelah itu, larutan biodegadable dihomogenkan diatas hot plate pada suhu 85oC selama 25 menit. Perlakuan diulangi pada masing-masing variasi perlakuan pati 50% dan 55% serta kontrol tanpa penambahan pati untuk mengetahui pengaruh penambahan pati terhadap biodegadable dan dilakukan sebanyak tiga kali. Larutan tersebut dituang ke dalam cetakan kaca ukuran 20 cm x 20 cm. Cetakan yang berisi larutan film kemudian dikeringkan pada suhu 60oC selama 24 jam. Cetakan dikeluarkan dari oven dan didinginkan pada suhu kamar selama 10 menit. Film yang terbentuk dikelupas peeling dengan bantuan larutan NaOH 4% sampai larutan biodegadable terlepas dari cetakan. Berdasarkan hasil penelitian larutan biodegadble dapat terlepas dari cetakan selama 30 menit. Larutan NaOH berfungsi sebagai larutan non pelarut yang dapat berdifusi kebawah lapisan biodegadable sehingga biodegadable terangkat keatas dan mudah dilepas Santoso,2006. Film yang diperoleh diuji ketahanan air dan uji biodegadibilitas. Hasil dan Pembahasan Data dalam penelitian ini diperoleh dari hasil uji sifat mekanik biodegradable dan pengujian uji biodegradibilitas. Pengujian sifat mekanik biodegradable yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode melt intercalation. Uji sifat mekanik biodegradable meliputi, uji kuat tarik, uji persen perpanjangan dan uji ketahanan air. Uji ini dilakukan untuk mengetahui plastik biodegradable berbahan dasar pati digunakan sebagai bahan dasar pembuatan kemasan biodegradable, serta uji biodegradibilitas untuk mengetahui berapa lama kemasan biodegradable sampai terdegradasi sempurna dapat dilihat pada table 1. JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 Tabel 1. Hasil Pengukuran Uji Sifat Mekanik Karakteristik Biodegradable Uji Kuat Tarik SNI 24,7-302MPa Kuat tarik adalah gaya tarik maksimum yang dapat ditahan oleh lembaran plastik selama pengukuran berlansung. Kekuatan maksimum yang dimaksud merupakan tegangan maksimum yang dapat dicapai pada diagram tegangan suatu regangan dapat dilihat pada Gambar 1. berikut Gambar 1. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Pati Terhadap Uji Kuat Tarik Biodegradable Hasil analisis terhadap uji kuat tarik yang dihasilkan pada Gambar 1 menunjukan kuat tarik pada masing-masing perlakuan signifikan. Pada perlakuan kontrol tidak dilakukan uji kuat tarik karena dalam proses pengelupasan film biodegradable tidak terbentuk. Pada perlakuan pati 45% diperoleh kuat tarik paling rendah yaitu 25,57 MPa dan setiap konsentrasi mengalami kenaikan yang signifikan. Pada konsentrasi pati 50% dengan nilai rata-rata sebanyak 31,84 MPa, merujuk pada SNI bioplastik yaitu sebesar 24,7-302 MPa maka konsentrasi 45% dan 50% memenuhi standard SNI, sedangkan tingkat kuat tarik paling tinggi pada konsentrasi pati 55% dengan nilai rata-rata 73,97MPa. Pada konsentrasi 55% memiliki konsentrasi pati terbaik yang paling mendekati nilai maksimal SNI. Perlakuan konsentrasi pati 45% dengan memiliki nilai rata-rata 25,57MPa menunjukan nilai kuat tarik yang paling rendah diantara semua perlakuan. Ini dikarenakan sedikitnya ikatan dari pati yang dapat berikatan dengan kitosan dan gliserol sehingga menyebabkan kuat tarik film biodegradable semakin rendah Anita, 2013. Pada perlakuan konsentrasi pati 55% dengan nilai rata-rata 73,97MPa menunjukan nilai kuat tarik yang mendekati nilai maksimal dari SNI biodegradable sehingga pada perlakuan konsentrasi pati 55% merupakan nilai kuat tarik terbaik diantara semua konsentrasi perlakuan. Hasil penelitian pada penambahan konsentrasi pati 55% menunjukan kuat tarik paling tinggi dan pada perlakuan kontrol 05010045 50 Tarik MPa JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 70 tidak terbentuk film. Hal ini dikarenakan pati sebagai pembentuk film biodegradable sehingga semakin tinggi konsentrasi pati yang diberikan maka berpengaruh terhadap film kuat tarik. Pada perlakuan konsentrasi 55% mengalami kenaikan yang signifikan dengan nilai rata-rata 73,97MPa melebihi SNI biodegaradable, ini dikarenakan perbandingan antara gliserol, kitosan dan pati sangat berpengaruh. Salah satu penyebab perbedaan yang signifikan terhadap penambahan konsentrasi pati pada kuat tarik adalah penggunaan waktu dan suhu pengadukan sehingga larutan biodegradable mengalami geletanisasi. Suhu pemanasan yang digunakan suhu 85oC selama 25 menit. Menurut Wutoy 2013 bahwa suhu tersebut merupakan suhu gelatinasi yang baik. Pemanasan 25 menit terjadi gelatinasi sempurna pada larutan pati, viskometer suhu gelatinisasi dapat ditentukan, misalnya pada jagung 62-70 ºC, kentang 58-66ºC dan Ubi jalar 80-90ºC Winarno, 2002. Penggunaan suhu dan waktu yang tetap namun konsentrasi pati dinaikkan sehingga menyebabkan geletanisasi pati akan menyebabkan pasta pati menjadi sangat kental. Uji Persen Perpanjangan SNI 21-220% Persen perpanjangan merupakan panjang putus elongation at break atau perubahan panjang maksimum pada saat terjadi peregangan hingga sampel film terputus dapat dilihat pada Gambar 2 berikut Gambar 2. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Pati Terhadap Uji Persen Perpanjangan Biodegradable Hasil analisis terhadap uji persen perpanjangan yang dihasilkan pada Gambar 2 menunjukan persen perpanjangan pada masing-masing perlakuan yang signifikan. Pada perlakuan kontrol tidak dilakukan uji persen perpanjangan karena dalam proses pengelupasan film biodegradable pada perlakuan kontrol tidak terbentuk. Hasil analisis terhadap uji persen perpanjangan yang diperoleh nilai rata-rata yang berbanding terbalik dengan nilai kuat tarik. Pada perlakuan pati 45% diperoleh persen perpanjangan paling rendah yaitu 103,9%. Pada konsentrasi pati 50% dengan nilai rata-rata sebanyak 126,1%, jika merujuk pada SNI bioplastik yaitu sebesar 21-220%, maka konsentrasi 45%, 50% dan 55% memenuhi SNI biodegradable. Tingkat persen perpanjangan paling rendah pada konsentrasi pati 55% dengan nilai rata-rata 103,9%. Perlakuan konsentrasi terbaik pada uji persen perpanjangan berdasarkan SNI yakni pada pati konsentrasi 50%. Pada perlakuan konsentrasi pati 45% dengan nilai rata-rata 125,4% menunjukan nilai persen perpanjangan tertinggi kedua. Ini dikarenakan sedikitnya ikatan dari pati yang dapat diikat oleh kitosan dan gliserol sehingga menyebabkan keadaan persen perpanjangan film biodegradable semakin rendah. Pada perlakuan konsentrasi pati 55% dengan nilai rata-rata 103,9% menunjukan paling rendah diantara semua perlakuan. Jika merujuk pada SNI biodegradable sehingga pada perlakuan konsentrasi pati 50% merupakan nilai kuat tarik terbaik diantara semua perlakuan. Semakin tinggi konsentrasi pati yang ditambahkan maka semakin tinggi kuat tarik yang dihasilkan dan semakin tinggi nilai kuat tarik biodegradable maka nilai perpanjangannya akan semakin rendah. Ini dikarenakan banyak ikatan yang dapat terikat oleh gliserol dan kitosan yang menyebabkan ikatan hidrogen semakin rapat dan kaku 05010015045 50 55125,4 % 126,1% 103,9%Persen Perpanjangan % JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 sehingga film biodegradable sulit untuk ditarik dan perpanjangannya akan semakin rendah. Nilai persen perpanjangan konsentrasi terbaik yang diperoleh pada penelitian ini yaitu dengan nilai rata-rata 126,1%, hasil yang diperoleh berbeda jauh dengan hasil yang diperoleh peneliti terdahulu yaitu dengan nilai persen perpanjangan 2,78% untuk bioplastik ampas tebu dan ampas tahu dengan penambahan kitosan dan gliserol Selpiana, 2016. Film dengan persen perpanjangan tinggi menunjukkan bahwa pati kulit ubi kayu masuk dalam kategori bahan dasar yang bisa dijadikan sebagai plastik biodegradable. Uji Ketahanan Air SNI 99% Uji ketahanan air yaitu uji yang dilakukan untuk mengetahui seberapa besar daya serap bahan tersebut terhadap air dapat dilihat pada Gambar 3 berikut Gambar 3. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Pati Terhadap Uji Ketahanan Air Biodegradable Hasil analisis terhadap uji ketahanan air yang dihasilkan pada Gambar 3 menunjukan ketahanan air pada masing-masing perlakuan yang signifikan. Pada konsentrasi pati 45% dengan nilai rata-rata sebanyak 31%, jika merujuk pada SNI biodegradable yaitu sebesar 99%, maka konsentrasi 45%, 50% dan 55% tidak memnuhi SNI biodegradable. Pada konsentrasi pati 50% dan 55% memiliki nilai rata-rata 36% dan 50%. Perlakuan konsentrasi terbaik pada uji ketahanan air berdasarkan SNI yakni yang paling mendekati nilai SNI pada konsentrasi pati 55%. Ketahanan air terbaik yang mendekati nilai SNI yaitu pada konsentrasi pati 55% dengan nilai rata-rata 50%. Sedangkan, konsentrasi pati 45% dan 50% memiliki nilai rata-rata yaitu 31% dan 36% hal ini disebabkan semakin bertambahnya persentasi perbandingan kitosan dan pati menyebakan ketahanan air biodegradable menurun. Konsentrasi pati yang ditambahkan menyebabkan ketahanan air semakin tinggi, hal ini dikarenakan penambahan setiap perlakuan konsentrasi pati ini menyebabkan ikatan biopolimer pati lebih banyak dari ikatan biopolimer kitosan dan gliserol sehingga biopolimer pati yang tidak berikatan ini menyebabkan struktur kimia biodegradable berpori lebih besar dan menyebabkan ketahanan air lebih tinggi. Menurut Meyer 1985 bahwa sebagian air yang terkandung dalam suatu bahan sukar dihilangkan karena terikat pada molekul-molekul lain melalui ikatan hidrogen yang berenergi besar. semakin banyak molekul pati yang terdapat sebagai pembentuk film yang berarti makin banyak air yang terikat oleh komponen kimia penyusun bahan dan sebaliknya. Hubungan kuat tarik, persen perpanjangan dan ketahanan air terletak pada jumlah biopolimer yang dapat berikatan dengan kitosan dan gliserol. Semakin banyak konsentrasi pati yang ditambahkan maka struktur biopolimer akan semakin rapat dan kaku dan menyebabkan kuat tarik semakin tinggi, sebaliknya persen perpanjangan akan semakin rendah karena kekauan pada film yang memiliki struktur biopolimer yang rapat sehingga perpanjangan film semakin menurun, begitupun dengan 020406045 50 5531 3650Ketahanan Air % JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 72 ketahanan air semakin banyak konsentrasi pati yang ditambahkan maka jumlah biopolimer yang tidak berikatan dengan kitosan gliserol akan semakin banyak dan menyebabkan struktur biopolimer menjadi lebih renggang dan kekuatan menyerap air semakin tinggi. Uji Biodegradibilitas Uji biodegradabilitas dilakukan untuk mengetahui apakah suatu bahan dapat terdegradasi dengan baik di alam. Proses biodegradabilitas dapat terjadi dengan proses hidrolisis degradasi kimiawi, bakteri/jamur, enzim degradasi enzimatik, oleh angin dan abrasi degradasi mekanik, cahaya fotodegradasi. Biodegradasi adalah perubahan senyawa kimia menjadi komponen yang lebih sederhana melalui bantuan mikroorganisme. Saat degradasi film plastik akan mengalami proses penghancuran alami dapat dilihat pada gambar 4 berikut Gambar 4. Pengaruh Penambahan Konsentrasi Pati Terhadap Uji biodegradibilitas Biodegradable Uji biodegradasi yang menggunakan EM4 berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ummah 2013 bahwa pada EM4 mengandung lactobacillus sp, saccharomyces sp, actinomycetes sp sehingga membuat biodegradable terdegradasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi pati mempengaruhi degradasi biodegradable secara signifikan p< hal ini disebabkan oleh pati yang digunakan dalam pembuatan biodegradable berikatan dengan gliserol dan kitosan secara seimbang, dan dengan pengadukan secara homogen yang dilakukan selama 25 menit pada suhu 85oC sehingga biodegaradable dengan perlakuan pati degaradasi pada hari ke 7. Pada hari ke-7 perlakuan konsentrasi tanpa pati, 45%, 50% dan 55% mengalami penurunan berat secara signifikan ini menunjukan bahwa biodegaradble sangat mudah terdegradasi. Biodegradable dapat dikatakan ramah lingkungan jika dapat terdegradasi dengan baik. Analisis degradasi biodegradable dilakukan melalui pengamatan secara visual selama 7 hari. Pada hari pertama biodegradable masih berupa lembaran bening, kemudian pada hari ke-7 biodegradable menjadi berwarna hitam. Perendaman dalam bakteri EM4 selama 7 hari mengakibatkan biodegradable terdekomposisi secara perlahan. Hasil uji biodegradasi ini menunjukkan biodegradable berbahan pati kulit ubi kayu dapat dikatakan sebagai plastik yang ramah lingkungan biodegradable. Perlakuan variasi konsentrasi pati menghasilkan tingkat degradasi yang berbeda-beda dari biodegradable. Tingkat degradasi biodegradable tersebut dapat dilihat dari besarnya nilai persen degradasi. Perbandingan nilai persen degradasi dari biodegradable ditunjukan pada gambar 4 yang menunjukkan bahwa biodegradable yang mudah terdegradasi adalah biodegradable dengan penambahan konsentrasi 55% yang dibuktikan dengan persen degradasi sebesar 89%. Biodegradable dengan penambahan konsentrasi 45% dan 50% memiliki persen degradasi paling rendah yaitu sebesar 79% dan 82%. Hal ini terjadi berkaitan dengan kemampuan biodegradable dalam menyerap larutan bakteri EM4. Semakin banyak konsentrasi pati yang ditambahkan maka biodegradable cenderung semakin 707580859045 50 5579 8289Uji Biodegradibilitas % JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 mudah terdegradasi. Gliserol dan pati memiliki sifat hidrofilik sehingga mempunyai kemampuan untuk mengikat air. Air merupakan media tumbuh bagi sebagian besar bakteri dan mikroba, sehingga kandungan air yang tinggi mengakibatkan bioplastik menjadi lebih mudah terdegradasi. Simpulan Berdasarkan dari data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa penambahan konsentrasi pati kulit ubi kayu Manihot esculenta berpengaruh secara signifikan terhadap uji yang meliputi karakteristik kuat tarik, persen perpanjangan, ketahanan air dan biodegradibilitas. Konsentrasi pati yang divariasikan, dihasilkan 45%, 50% dan 55% dengan nilai kuat tarik untuk masing-masing konsentrasi yaitu 25,57MPa, 31,84MPa dan 73,97MPa. Nilai perpanjangan untuk masing-masing konsentrasi yaitu 125,4%, 126,1% dan 103,9%. Nilai ketahanan air untuk masing-masing konsentrasi yaitu 31%, 36% dan 50% serta nilai biodegradibilitas mengalami penurunan berat secara signifikan pada konsentrasi 55% pada hari ke-7 dengan nilai 89%. DAFTAR PUSTAKA Anita, Z., F. 2013. Pengaruh Penambahan Gliserol terhadap Sifat Mekanik Film Plastik dari Pati Kulit Ubi Kayu. Jurnal Teknik Kimia USU, 2 237-41. Arisma. 2017. Pengaruh Penambahan Plasticizer Gliserol terhadap Karakteristik Edible Film dari Pati Talas Colocasia esculenta L. Schott. Skripsi. Makassar Universitas Islam Negeri Alauddin. Arpin. 2017. Study of Making Alternative Biodegradable Plastic Materials from Sweet Potato Starch with Glycerol Plasticizer with Melt Intercalation Method. Journal of Mechanical Engineering. 06 2 80-84. Badan Pusat Statistik. 2005. Sulawesi Barat dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Sulawesi Barat. Budiardi. 2016. Studi Konversi Pati Ubi Kayu Cassava Starch menjadi Glukosa Secara Enzimatik. Jurnal Teknik Kimia. 0317-16. Coniwanti, Susilawati., S. Nurdjanah.,& Putri, S. 2014. Karakteristik Sifat Fisik & Kimia Ubi Kayu Manihot Esculenta Berdasarkan Lokasi Penanaman & Umur Panen Berbeda. Jurnal Teknologi Hasil. 213 22-30. Ginting, Tarigan, & Singgih, 2015. Effect of Gelatinization Temperature and Chitosan on Mechanical Properties of Bioplastics from Avocado Seed Starch persea americana mill with Plasticizer Glycerol. Journal Of Engineering And Science. 4 12 36-43. Harsojuwono, & Muliani, 2017. Biodegradable Plastic Characteristics of Cassava Starch Modified in Variations Temperature and Drying Time. Chemical and Process Engineering Research 4912 2225-2913. Saputro. 2017. Synthesis & Characterization of Bioplastics from Canosan Pati Canna Canna Edulis. Journal of Chemistry & Chemistry Education, 2 1 15-27. Sanjaya, G. L. & Puspita, L., 2010. The Effect of Addition of Khitsan & Glycerol Plasticizer on the Characteristics of Biodegradable Plastics from Starch Waste Cassava Bark. Surabaya Sepuluh November Institute of Technology. Selpiana 2016. Effect of Addition of Chitosan & Glycerol on Bioplastic Making from Sugarcane & Tofu Dregs. Journal of Chemical Engineering, 22 1 10-12. JPTP Jurnal Pendidikan Teknologi Pertania Volume 6, 2020 74 Setyowati. 2013. Studi Sifat Fisik,Kimia, dan Morfologi pada Kemasan Makanan Berbahan Styrofoam dan LDPE Low Density Polyethylene. Jurnal Teknik Mesin, 22310-13. Ummah. 2013. Uji Ketahanan Biodegaradable plastic Berbasis Pati Tepung Biji Durian Durio Zibethinus Murr terhadap Air dan Pengukuran Densitasnya. Skripsi Makassar Universitas Negeri Islam Alauddin. Uhsnul, 2017. Pengaruh Penambahan Kitosan terhadap Karakteristik . Bioplastik dari Pati Kulit Kentang. Skripsi Makassar Universitas Negeri Islam Alauddin. Winarmo, 2002. Food and Nutrition Chemistry. Jakarta PT. Gramedia Main Library. Winarmo, 2002. Food and Nutrition Chemistry. Jakarta PT. Gramedia Main Library. Uhsnul, 2017. Pengaruh Penambahan Kitosan terhadap Karakteristik . Bioplastik dari Pati Kulit Kentang. Skripsi Makassar Universitas Negeri Islam Alauddin. Winarmo, 2002. Food and Nutrition Chemistry. Jakarta PT. Gramedia Main Library. The alternative solution for high import costs of wheat flour is by substituting wheat flour with mocaf modified cassava flour. Mocaf is a modification of cassava flour made by fermentation treatment using lactic acid bacteria, acetic acid or enzymes. However, mocaf has a low gluten and protein content so it might produce noodle products with a poor texture. Therefore, it is necessary to add other ingredients in order to increase protein content and change the appearance, one of which is fortification with spirulina. Spirulina has a natural aroma like the smell of fresh seaweed with a slightly fishy aroma that comes from the high protein content. Hence, it is necessary to add basil leaf extract which can give a distinctive smell of basil to overcome the fishy aroma of the noodles. This research was conducted to determine the texture of modified noodles from mocaf with the addition of spirulina and basil leaf extract using a texture analyzer. Based on the research conducted, it was found that the addition of basil and spirulina leaf extracts could affect the texture of mocaf noodles to become more chewy, dense and not easily AnitaFauzi AkbarHamidah HarahapBiodegradable plastics are plastics that will decompose in nature with the help of microorganisms. The use of starch as the main material of plastic manufacturing has great potential because in Indonesia there are different starch crops. To obtain bioplastics, starch is added to the glycerol, in order to obtain a more flexible plastic and elastic. This study reviews the use of cassava starch and glycerol skin asa base for the manufacture of biodegradable plastics. The purpose of this research is to know the effect of adding glycerol in the process of making biodegradable plastic from cassava peel waste. In this research, the study of bioplastic manufacturing mixed starch with glycerol as a plastisizer to do variations of the glycerol. The results obtained in the form of a thin sheet of plastic plastic film that have been tested mechanical properties obtained optimum data variables namely cassava starch composition 3,5%, and the power og pull 0,02122Mpa, and plastic film storage time for 14 days. Bambang Admadi HarsojuwonoThis study aims to 1 know the effect of temperature and drying time on the characteristics of biodegradable plastic from cassava starch modified, 2 determine the temperature and drying time is right to produce biodegradable plastics from cassava starch modified with the best characteristics. This study uses a randomized block design with factorial experiment. The first factor is the temperature of the drying which consists of 5 levels that were 50 ° C, 55 ° C, 60 ° C, 65 ° C and 70 ° C. The second factor is the drying time consists of 3 levels, namely 5, 6 and 7 hours. Each combination of treatments grouped into two based on process making of biodegradable plastic, so there are 30 experimental units. Data were analyzed of variance and followed by Duncan test. The observed variables include mechanical and physical test consists of tensile strength, elongation at break, Young's modulus elasticity, swelling of volume and degradation time. The results of the research showed that the temperature and drying time by using automatic cabinet dryer with an air flow 5 + m3 / min, very significant effect on tensile strength, elongation at break, Young's modulus, percent swelling of volume and time of degradation biodegradable plastic of cassava starch modified. Temperature of 50 ° C with 5 hours drying by using automatic dryer cabinet with an air flow of 5 + m3 / min, had characteristics of biodegradable plastics tensile strength of M Pa, elongation at break of Young's modulus of 6629,47 M Pa, swelling of volume of and degradation time of 7 days. Keywords biodegradable plastic, cassava starch modified, temperature and drying timePengaruh Penambahan Plasticizer Gliserol terhadap Karakteristik Edible Film dari Pati Talas Colocasia esculenta L. Schott. Skripsi. Makassar Universitas Islam Negeri AlauddinArismaArisma. 2017. Pengaruh Penambahan Plasticizer Gliserol terhadap Karakteristik Edible Film dari Pati Talas Colocasia esculenta L. Schott. Skripsi. Makassar Universitas Islam Negeri of Making Alternative Biodegradable Plastic Materials from Sweet Potato Starch with Glycerol Plasticizer with Melt Intercalation MethodArpinArpin. 2017. Study of Making Alternative Biodegradable Plastic Materials from Sweet Potato Starch with Glycerol Plasticizer with Melt Intercalation Method. Journal of Mechanical Engineering. 06 2 Barat dalam AngkaStatistik Badan PusatBadan Pusat Statistik. 2005. Sulawesi Barat dalam Angka. Badan Pusat Statistik, Sulawesi SecaraGlukosa Secara Enzimatik. Jurnal Teknik Kimia. 0317-16. Coniwanti, Susilawati., S. Nurdjanah.,& Putri, S. L SanjayaL PuspitaSanjaya, G. L. & Puspita, L., 2010. The Effect of Addition of Khitsan & Glycerol Plasticizer on the Characteristics of Biodegradable Plastics from Starch Waste Cassava Bark. Surabaya Sepuluh November Institute of Technology. Selpiana 2016. Effect of Addition of Chitosan & Glycerol on Bioplastic Making from Sugarcane & Tofu Dregs. Journal of Chemical Engineering, 22 1 Sifat Fisik,Kimia, dan Morfologi pada Kemasan Makanan Berbahan Styrofoam dan LDPE Low Density PolyethyleneSetyowatiSetyowati. 2013. Studi Sifat Fisik,Kimia, dan Morfologi pada Kemasan Makanan Berbahan Styrofoam dan LDPE Low Density Polyethylene.Uji Ketahanan Biodegaradable plastic Berbasis Pati Tepung Biji Durian Durio Zibethinus Murr terhadap Air dan Pengukuran DensitasnyaJurnal Teknik Mesin, 22310-13. Ummah. 2013. Uji Ketahanan Biodegaradable plastic Berbasis Pati Tepung Biji Durian Durio Zibethinus Murr terhadap Air dan Pengukuran Densitasnya. Skripsi Makassar Universitas Negeri Islam Penambahan Kitosan terhadap KarakteristikF J UhsnulUhsnul, 2017. Pengaruh Penambahan Kitosan terhadap Karakteristik. Bioplastik dari Pati Kulit Kentang. Skripsi Makassar Universitas Negeri Islam Alauddin.
Teknikpengelupasan kimia merupakan teknik kecantikan yang kurang popular dan kurang digemari berbanding laser dan rawatan lain muka. Kaedah ini dilakukan oleh doktor perubatan estetik yang terlatih. Ia menggunapakai agen pengelupasan untuk menggelupaskan kulit yang kusam, berjerawat atau berjeragat ataupun kulit berkedut yang dimamah usia.
Dipublish tanggal Apr 12, 2019 Update terakhir Nov 6, 2020 Tinjau pada Agu 26, 2019 Waktu baca 6 menit Kulit yang bersisik merupakan hilangnya lapisan kulit terluar yaitu epidermis dalam serpihan yang besar yang menyerupai sisik. Kulit akan tampak kering dan pecah-pecah, meskipun kulit yang kering bukan suatu hal selalu harus disesali. Kulit bersisik juga biasa disebut Deskuamasi Kulit yang berkerak Kulit yang mengelupas Kulit bersisik Kulit bersisik dapat membuat seseorang menjadi malu dan kurang percaya diri, terutama jika hal tersebut terjadi pada tangan, kaki, wajah, atau area lain yang terlihat. Kulit yang bersisik umumnya akan terasa gatal dan berwarna kemerahan, dan kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Mengenai kulit bersisik Penyebab kulit bersisik Beberapa gangguan kulit dan kondisi fisik dapat menyebabkan kulit bersisik. Kulit bersisik biasanya merupakan gejala dari masalah yang mendasarinya. Sejumlah kondisi yang bisa menjadi penyebab kulit bersisik antara lain 1. Keratosis aktinik Biasanya kurang dari 2 cm, atau seukuran penghapus pensil Kulit tampak lebih tebal, bersisik, atau berkerak Muncul pada bagian tubuh yang terkena banyak paparan sinar matahari tangan, lengan, wajah, kulit kepala, dan leher Biasanya berwarna merah muda tetapi dapat memiliki dasar cokelat, sawo matang, atau abu-abu 2. Reaksi alergi Kondisi ini dianggap sebagai suatu masalah kegawatdaruratan medis. Jika hal ini terjadi maka diperlukan pengobatan sesegera mungkin Ruam terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap bahan alergen pada kulit Gatal-gatal yang muncul setelah beberapa menit setelah kontak dengan alergen Ruam merah, gatal, bersisik yang mungkin muncul beberapa jam hingga beberapa hari setelah kontak kulit dengan alergen Reaksi alergi yang parah dan mendadak dapat menyebabkan pembengkakan dan kesulitan bernafas yang membutuhkan pertolongan medis. 3. Kaki atlet Gatal, nyeri, dan rasa seperti terbakar di antara jari kaki atau di telapak kaki Lepuh di kaki yang gatal Kulit yang berubah warna, menebal, dan kuku jari kaki yang rapuh Kulit kaki yang kasar 4. Kurap infeksi jamur ringworm Ruam bersisik berbentuk lingkaran atau cincin dengan batas yang tegas Kulit di tengah lingkaran tampak lebih terang dan sehat, dan ujung-ujung cincin atau lingkaran bisa menyebar luar Gatal 5. Dermatitis kontak Kondisi ini dapat muncul berjam-jam hingga berhari-hari setelah kontak dengan alergen Ruam memiliki batas yang terlihat jelas dan muncul pada bagian kulit yang menyentuh zat iritan Kulit terasa gatal, merah, bersisik, atau kasar Lepuhan kulit yang berisi cairan dapat pecah atau menjadi berkerak 6. Alergi eksim Kondisi ini dapat menyerupai luka bakar Sering ditemukan di tangan dan lengan Kulit terasa gatal, merah, bersisik, atau kasar Lepuhan kulit yang berisi cairan dapat pecah atau menjadi berkerak 7. Eksim Bercak bersisik berwarna kuning atau putih yang mengelupas Area yang terkena mungkin berwarna merah, gatal, licin, atau berminyak Kerontokan rambut dapat terjadi di daerah dengan ruam kulit 8. Psoriasis Bercak kulit bersisik, berwarna keperakan, dan kulit tampak menebal Umumnya kondisi ini terletak di kulit kepala, siku, lutut, dan punggung bawah Mungkin akan terasa gatal atau tidak bergejala penyebabnya karena autoimun tubuh menyerang dirinya sendiri 9. Sindrom syok toksik Kondisi ini dianggap sebagai suatu masalah kegawatdaruratan medis. Jika hal ini terjadi maka diperlukan pengobatan sesegera mungkin. Kondisi medis yang langka namun serius ini terjadi ketika bakteri Staphylococcus aureus masuk ke aliran darah dan menghasilkan racun. Racun bakteri dapat dikenali oleh sistem kekebalan tubuh Anda sebagai superantigen, yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh memiliki reaksi yang sangat kuat terhadap racun bakteri tersebut. Demam mendadak, tekanan darah rendah, kedinginan, nyeri otot, sakit kepala, muntah, diare, sakit perut, pusing, dan kebingungan dapat terjadi. Gejala lainnya yaitu ruam kulit yang menyerupai sengatan matahari dan dapat terlihat di seluruh tubuh, termasuk telapak tangan dan telapak kaki. 10. Ichthyosis vulgaris Kondisi kulit yang diturunkan atau diwariskan ini terjadi ketika kulit tidak dapat melepaskan sel-sel kulit mati. Sel-sel kulit mati yang kering terakumulasi dalam suatu tumpukan di permukaan kulit dengan pola yang mirip dengan sisik ikan. Kulit kering ini biasanya muncul di siku dan di kaki bagian bawah. Gejala yang mungkin terjadi seperti kulit kepala yang terkelupas, kulit yang gatal, kulit yang bersisik, sisik yang berwarna coklat, abu-abu, atau putih, dan kulit yang sangat kering. 11. Eksim seboroik Bercak bersisik yang berwarna kuning atau putih yang mengelupas Area yang terkena mungkin berwarna merah, gatal, licin, atau berminyak Kerontokan rambut dapat terjadi di daerah dengan ruam kulit 12. Alergi obat Kondisi ini dianggap sebagai suatu masalah kegawatdaruratan medis. Jika hal ini terjadi maka diperlukan pengobatan sesegera mungkin. Ruam berwarna merah, gatal, dan dapat terjadi berhari-hari hingga berminggu-minggu setelah mengkonsumsi obat. Alergi obat yang parah bisa mengancam jiwa dan gejalanya seperti gatal-gatal, jantung berdetak kencang, bengkak, gatal, dan sulit bernapas Gejala lain juga mungkin muncul seperti demam, sakit perut, dan titik-titik kecil berwarna ungu atau merah pada kulit 13. Dermatitis stasis Dermatitis stasis biasanya muncul di area tubuh yang memiliki aliran darah yang buruk, paling sering di kaki dan tungkai bagian bawah Kondisi ini menyebabkan pembengkakan di pergelangan kaki dan kaki bagian bawah yang dapat membaik dengan peninggian posisi kaki Gejalanya meliputi timbulnya kulit yang berbintik-bintik dan gelap disertai dengan varises Kondisi ini juga dapat menyebabkan kulit kering, berkerak, dan gatal yang dapat menjadi merah dan sakit serta memiliki penampilan yang mengkilap Dermatitis statis juga dapat menyebabkan luka terbuka yang membuat cairannya keluar dan kulit tampak berkerak. 14. Borok Gejala lanjutan dari dermatitis statis Muncul di area tubuh yang memiliki aliran darah yang buruk, paling sering di kaki dan tungkai bawah Nyeri pada luka, berbentuk tidak teratur,luka yang dangkal dengan pengerasan kulit di atasnya Kondisi ini memiliki proses penyembuhan yang buruk 15. Hipoparatiroidisme Kondisi langka ini terjadi ketika kelenjar paratiroid di leher tidak menghasilkan cukup hormon paratiroid PTH. Memiliki terlalu sedikit PTH menyebabkan rendahnya kadar kalsium dan tingginya kadar fosfor dalam tubuh. Gejala-gejalanya meliputi nyeri otot atau kram, kesemutan, rasa seperti terbakar, atau mati rasa di ujung jari tangan, jari kaki, dan bibir, serta kejang otot, terutama di sekitar mulut. Gejala lain termasuk rambut rontok, kulit kering, kuku rapuh, kelelahan, kecemasan atau depresi, dan kejang. 16. Penyakit Kawasaki Kondisi ini dianggap sebagai suatu masalah kegawatdaruratan medis. Jika hal ini terjadi maka diperlukan pengobatan sesegera mungkin. Penyakit ini biasanya menyerang anak-anak di bawah usia 5 tahun Kulit berwarna merah, lidah bengkak strawberry tongue, demam tinggi, telapak tangan dan telapak kaki merah, pembengkakan pada kelenjar getah bening, dan mata merah Biasanya penyakit kawasaki dapat membaik dengan sendirinya, tetapi penyakit ini dapat menyebabkan masalah jantung yang parah. Diagnosis kulit bersisik Ketika Anda mengalami kulit bersisik, Anda bisa menggunakan lotion dan tidak perlu khawatir terhadap kondisi tersebut. Lagi pula, kulit bersisik biasanya muncul selama musim atau di suhu yang dingin, cuaca yang kering atau setelah paparan sinar matahari yang lama. Namun, jika kulit bersisik Anda tidak membaik, meluas, atau memburuk, Anda mungkin perlu mengunjungi dokter Anda. Dokter Anda akan bertanya tentang riwayat kesehatan dan gejala-gejala yang Anda miliki. Jika Anda dapat menentukan kapan pertama kali gejala muncul, mungkin hal tersebut dapat membantu dokter Anda untuk menentukan penyebab dari kulit bersisik tersebut. Apakah kulit bersisik itu disertai gatal atau tidak, dan pertanyaan lainnya yang juga dapat membantu dalam mendiagnosis masalah kulit bersisik. Diagnosis dibuat berdasarkan tampilan dari kulit pemeriksaan fisik Anda, riwayat Anda terpapar zat iritan atau alergi, dan gejala apa pun yang menyertainya. Pemeriksaan dengan lampu wood lampu ultraviolet mungkin diperlukan untuk membedakan penyebab lesi kulitnya. Pengobatan kulit bersisik Pengobatan kulit bersisik tergantung pada keparahan gejala dan penyebab dari kulit bersisik. Dalam kasus reaksi alergi, penghentian penggunaan bahan yang memicu alergi atau kontak dengan alergen dapat mengatasi masalah kulit bersisik. Anda juga masih harus menemui spesialis alergi untuk mengkonfirmasi hal-hal apa yang dapat memicu terjadinya kulit bersisik. Sering kali, kondisi kulit bersisik dapat diobati dengan krim topikal sederhana. Obat-obatan oral kadang-kadang juga dibutuhkan untuk mengatasi masalah lain selain dari kulit bersisik. Tergantung pada diagnosisnya, dokter Anda mungkin akan merujuk Anda ke dokter spesialis kulit untuk pengobatan yang lebih lanjut. Kapan harus mencari pertolongan medis? Pada umumnya kulit bersisik jarang yang merupakan suatu gejala kegawatdaruratan medis. Namun, terkadang kondisi tersebut juga merupakan tanda suatu reaksi alergi, yang bisa berakibat fatal jika tidak ditangani. Jika kulit bersisik disertai dengan tanda-tanda di bawah ini, segera cari pertololongan medis Reaksi alergi parah gatal-gatal, bengkak, sulit bernapas, gatal Mual dan muntah hebat Tubuh terasa sangat lemah Demam tinggi Kulit tiba-tiba melepuh Terima kasih sudah membaca. Seberapa bermanfaat informasi ini bagi Anda?1 Tidak bermanfaat / 5 Sangat bermanfaat
\n \n teknik untuk mempermudah pengelupasan kulit ubi yaitu
dapatdigunakan sebagai peluang untuk memberikan nilai tambah pada kulit ubi kayu sebagai bahan dasar dalam pembuatan kemasan plastik yang ramah lingkungan. Pada penelitian ini pati yang digunakan adalah pati yang berasal dari kulit ubi kayu adera 1, namun dalam penggunaan pati ubi kayu masih memiliki kekurangan yaitu
- Selain bagian umbi yang sering dikonsumsi, ubi jalar juga memiliki bagian terluar atau kulit. Kulit ubi jalar cenderung tipis. Itu sebabnya, tidak sedikit orang yang membiarkan kulit ubi ikut dimasak daripada Staf Pengajar Prodi S1 Gizi Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM Lily Arsanti Lestari, tidak ada masalah bila ingin mengonsumsi ubi jalar bersama kulitnya. "Kalau memang kita ingin mendapat manfaat kesehatan dari antioksidannya ya bisa diolah sekulit-kulitnya gitu ya," kata Lily. "Di beberapa penelitian, ubi jalar sama kentang itu di bagian kulitnya justru antioksidannya tinggi," tambahnya saat dihubungi Senin 7/2/2022. Lily menyampaikan bahwa setiap varietas ubi jalar memiliki jenis antioksidan yang berbeda. "Kayak yang ungu tuh antosianin jenis antioksidannya. Jingga atau oranye itu beta karoten tetapi yang putih beda lagi. Jadi beda varietas itu beda kandungan gizi, serat, dan juga antioksidannya," jelasnya. Sejauh ini, menurut Lily, tidak ada kandungan berbahaya yang menyebabkan efek negatif dalam kulit ubi jalar sehingga dinyatakan aman dikonsumsi. "Bukan seperti kulit durian, mungkin karena ini kulitnya tipis jadi masih bisa dikonsumsi, kan sama-sama bahan pangan," tutur Lily. "Ada juga penelitian di luar ubi jalar, ubi kayu itu misalnya. Ada juga yang kulitnya diolah menjadi keripik, kulit pisang juga ada, ini sama-sama dari tumbuhan gitu ya, rasanya tidak ada senyawa yang menyebabkan keracunan," sambung menuturkan, yang terpenting adalah memastikan kulit ubi jalar sudah bersih sebelum diolah dan dikonsumsi. "Kadang kan ada yang yang disikat kulitnya, tidak dikupas, yang penting bersih saja. Kalau ada tanah itu kan di sana mungkin ada potensi tercemar mikroorganisme tersebut," kata Lily. Baca juga Resep Bola-bola Ubi Goreng, Cuma Butuh 4 Bahan 10 Kesalahan Masak Ubi Jalar, dari Cara Pilih hingga Pengolahan Resep Bolu Ubi Jalar Panggang, Hasilnya Empuk dan Lembut Lebih baik dikupas PIXABAY/SILENTPILOT ilustrasi ubi jalar Jika dilihat dari sudut pandang lain, menggunakan ubi jalar untuk membuat sajian bukanlah pilihan tepat. Menurut Executive Chef The Alana Hotel & Convention Center Solo Pian Gunawan, kulit ubi jalar harus dikupas. Pasalnya, penggunaan bagian terluar ubi ini akan memengaruhi hasil akhir masakan. Pian menyampaikan, hal tersebut berlaku untuk semua olahan ubi jalar. "Iya harus dikupas semua olahan, contoh untuk getuk, keripik, untuk pure, mashed, kupas semua," kata Pian. "Seandainya kulit arinya tidak dibuang, nanti dia tidak bisa rest karena si kulit arinya ini kan. Memang tipis tetapi dia kan banyak seratnya, jadi dia kemungkinan akan menyebabkan bantat kalau dibuat getuk, gitu-gitu," jelasnya kepada Sabtu 5/2/2022. Baca juga 3 Cara Panggang Ubi Cilembu agar Lembut dan Matang Sempurna 3 Ciri Ubi Jalar Rebus Sudah Matang, Tusuk Bila Perlu 3 Cara Potong Ubi Jalar agar Rapi, Mulai dari Ujungnya

Pengelupasankulit mati secara kimia (chemical exfoliation) atau eksfoliasi wajah kimiawi adalah metode eksfoliasi kulit menggunakan zat aktif yang bertujuan untuk mengelupas kulit. Bahan aktif yang umum ditemukan dalam produk eksfoliasi wajah adalah asam alfa hidroksi ( AHA ), asam beta hidroksi ( BHA ), retinoid , atau retinol .

Kulit ubi merupakan limbah dari pengolahan keripik, kerupuk, tape dan olahan ubi lainnya yang dibuang begitu saja tanpa dimanfaatkan. Salah satu inovasinya adalah dengan memanfaatkan kulit ubi tersebut menjadi kompos. Kompos dengan kualitas yang baik tentunya memberikan hasil bagi tanaman yang baik pula. Hal ini sangat tergantung pada bahan baku dan perlakuan pada saat pembuatan kompos. Pengecilan ukuran dan lamanya fermentasi menjadi faktor penting dalam penentuan kualitas kompos kulit ubi. penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rasio C/N kompos kulit ubi akibat faktor pengecilan ukuran bahan baku dan lamanya fermentasi yang tepat dalam menghasilkan kompos kulit ubi. Penelitian dilaksanakan di Ruang Fermentasi Fakultas Pertanian Universitas Jabal Ghafur Glee Gapui Sigli mulai April sampai September 2019. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL pola faktorial 2x2 dengan 3 ulangan. Faktor pertama pengecilan ukuran bahan terdiri dari 2 taraf yaitu pencacah manual dan penggilingan. Faktor kedua lama fermentasi terdiri dari 2 taraf yaitu 4 minggu dan 8 minggu. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa pengecilan ukuran bahan berpengaruh tidak nyata terhadap C organik dan rasio C/N. Perlakuan lama fermentasi berpengaruh sangat nyata terhadap N total dan C/N, berpengaruh tidak nyata terhadap C organik. Ada hubungan yang signifikan dari peran N total dalam proses rasio C/N terhadap lamanya fementasi dan terdapat pengaruh yang sangat nyata dari lama fermentasi terhadap N total dan rasio C/N. Kata Kunci Kompos, fermentasi, rasio C/N To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this Ekstrak Kulit Singkong dan Air Cucian Beras Pada Pertumbuhan Tanaman Sirsak Annona muricata L.Agriculture Sciences. 35, 642-652 dalam Hikmah, N. 2015. Pemanfaatan Ekstrak Kulit Singkong dan Air Cucian Beras Pada Pertumbuhan Tanaman Sirsak Annona muricata L.. Artikel Publikasi. UNMUHA, DjuarnaniS S Kristian Dan BudiDjuarnani, N., Kristian dan Budi, 2005. Cara Cepat Membuat Pembuatan Kompos. Disampaikan pada Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten SukamaraM A FirmansyahFirmansyah, 2010. Teknik Pembuatan Kompos. Disampaikan pada Pelatihan Petani Plasma Kelapa Sawit di Kabupaten Sukamara, Kalimantan Pupuk Organik Granul dan Aneka LimbahWahyonoWahyono, 2011 Membuat Pupuk Organik Granul dan Aneka Limbah. Jakarta;Optimalisasi Pengomposan Sampah Kebun dengan Variasi Aerasi dan Penambahan Kotoran Sapi sebagai BioaktivatorM MirwanMirwan, M. 2015. Optimalisasi Pengomposan Sampah Kebun dengan Variasi Aerasi dan Penambahan Kotoran Sapi sebagai Bioaktivator. Teknik Lingkungan. 46 penambahan sekam pada proses pengomposan sampah domestikE S PandebesieD Dan RayuantiPandebesie, dan Rayuanti,D. 2012. Pengaruh penambahan sekam pada proses pengomposan sampah domestik. Jurnal Lingkungan Tropis 61 31-40Pemanfaatan Limbah Pisang Untuk Pembuatan Pupuk Kompos Menggunakan Kompos Rotary Drum. Prosiding Seminar Nasional Bidang Teknik Kimia dan TekstilT Sriharti Dan SalimSriharti dan Salim, T. 2008. Pemanfaatan Limbah Pisang Untuk Pembuatan Pupuk Kompos Menggunakan Kompos Rotary Drum. Prosiding Seminar Nasional Bidang Teknik Kimia dan Tekstil, Yogyakarta. CaraPertama. 1. Langkah pertama, kupas cuci ubi ungu hingga bersih. Untuk cara pencucian ini bilas di bawah air yang mengalir. 2. Setelah kulit ubi jalar bersih, langkah selanjutnya yaitu kupas kulit ubi menggunakan alat pengupas sayuran atau pisau. 3. Setelah itu siapkan panci yang berukuran besar agar seluruh ubi ungu ini bisa terendam air. Eksfoliasi wajah adalah salah satu langkah perawatan kulit yang dilakukan untuk mendapatkan wajah bersih, cerah, dan halus. Meski ada berbagai produk pengelupasan kulit wajah yang bisa dicoba, langkah perawatan ini tidak boleh dilakukan sembarangan untuk mencegah risiko over exfoliation atau terlalu sering eksfoliasi kulit. Oleh sebab itu, sebelum melakukan cara eksfoliasi wajah, simak berbagai informasi selengkapnya dalam artikel berikut. Manfaat eksfoliasi wajah Eksfoliasi wajah adalah proses pengangkatan atau pengikisan sel kulit mati dari permukaan kulit yang paling atas. Pada dasarnya, kulit mengelupas secara alami untuk meregenerasi sel-sel baru setiap 28 hari atau lebih. Akan tetapi, ada kalanya sel-sel kulit mati tidak dapat mengelupas sepenuhnya. Akibatnya, kulit menjadi terasa kering, bersisik, dan menyumbat pori-pori. Nah, di sinilah pentingnya melakukan eksfoliasi kulit wajah agar sel-sel kulit lama tergantikan oleh yang baru. Anda bisa melakukan eksfoliasi wajah secara alami Menurut American Academy of Dermatology, manfaat eksfoliasi wajah adalah dapat membuat kulit tampak lebih cerah, meningkatkan elastisitas kulit, serta mencegah penyumbatan pori-pori yang kerap menjadi penyebab jerawat muncul. Berikut manfaat yang bisa didapatkan dengan melakukan eksfoliasi wajah 1. Mengangkat sel kulit mati Sel kulit mati akan membuat kulit tampak kusam dan bersisik. Menghilangkan sel kulit mati akan membuat kulit menjadi lebih lembut. 2. Membuat kulit lebih cerah Selain lembut, penghilangan sel kulit mati pun akan meningkatkan kecerahan wajah. Hal ini akan membuat kulitmu lebih bercahaya dan tampak selalu segar. 3. Meningkatkan penyerapan skincare Kulit bisa menyerap pelembap dan serum lebih efektif jika tidak ada kulit mati yang masih menempel. Dengan begitu, perawatan kulit yang Anda lakukan tidak jadi sia-sia. 4. Membantu mengencangkan kulit Jika dilakukan secara rutin, manfaat eksfoliasi wajah dapat meningkatkan produksi kolagen. Dengan demikian, kulit menjadi cerah dan mulus, serta meminimalkan kemunculan garis-garis halus dan kulit kendur. Baca juga Cara Meratakan Warna Kulit Wajah yang Belang Akibat Sinar Matahari Jenis-jenis eksfoliasi Eksfoliasi bisa dibagi dalam dua jenis, yakni pengelupasan kulit secara fisik physical exfoliation dan pengelupasan kulit secara kimia chemical exfoliation. Simak penjelasan jenis-jenis eksfoliasi di bawah ini! 1. Pengelupasan kulit secara fisik physical exfoliation Pengelupasan kulit secara fisik physical exfoliation adalah metode yang dilakukan dengan mengikis kulit mati secara manual atau menggosok kulit. Umumnya, physical exfoliator dilakukan menggunakan scrub. Ada berbagai produk scrub yang mudah Anda dapatkan atau buat sendiri secara alami di rumah. Eksfoliasi wajah bisa dilakukan dengan bahan alami, seperti scrub alami dari garam dan gula, atau bahan alami lainnya. Selain scrub, Anda juga dapat menggunakan batu apung, spons, atau sikat khusus. Jika cara eksfoliasi wajah jenis ini tidak dilakukan dengan benar, masalah iritasi kulit bisa terjadi. Physical exfoliation pada kulit yang berjerawat atau sensitif pun dapat membuat kulit semakin meradang dan kemerahan. Maka dari itu, sesuaikanlah produk eksfoliasi wajah dengan kondisi kulit Anda. Sebaiknya, jangan menggunakan beberapa produk pengelupasan kulit wajah sekaligus. Pastikan pula Anda tidak menggunakan scrub tubuh pada wajah karena butiran scrub tersebut cenderung lebih besar dan keras sehingga berisiko merusak jaringan wajah yang halus. 2. Pengelupasan kulit secara kimia chemical exfoliation Pengelupasan kulit mati secara kimia chemical exfoliation atau eksfoliasi wajah kimiawi adalah metode eksfoliasi kulit menggunakan zat aktif yang bertujuan untuk mengelupas kulit. Bahan aktif yang umum ditemukan dalam produk eksfoliasi wajah adalah asam alfa hidroksi AHA, asam beta hidroksi BHA, retinoid, atau retinol. Berbagai kandungan tersebut dapat membantu melarutkan atau melonggarkan ikatan yang menahan sel-sel mati pada permukaan kulit sehingga dapat terangkat atau terkikis. Umumnya, kandungan zat aktif chemical exfoliator tersedia dalam bentuk toner, serum, hingga krim wajah dengan kadar yang ringan. Produk untuk eksfoliasi wajah dengan kandungan bahan kimia yang kuat sebaiknya memerlukan konsultasi dengan dokter spesialis kulit terlebih dahulu. Dengan begitu, dokter akan merekomendasikan produk skincare untuk eksfoliasi wajah sesuai dengan kondisi kulit Anda. Sama halnya dengan pengelupasan kulit secara fisik, chemical exfoliation juga dapat mengiritasi kulit jika tidak dilakukan dengan benar. Baca juga Efektivitas Penggunaan Kertas Minyak Sebagai Cara Menghilangkan Minyak di Wajah Bagaimana cara eksfoliasi wajah yang tepat? Wajah jadi cerah dan halus berkat pengelupasan kulit Eksfoliasi kulit memang dapat membuat kulit menjadi tampak lebih halus, kenyal, dan cerah. Namun, saat melakukannya, ada beberapa cara yang harus diperhatikan. Adapun cara eksfoliasi wajah yang tepat adalah sebagai berikut. 1. Kenali jenis kulit terlebih dahulu Salah satu cara mengangkat sel kulit mati yang penting adalah mengenali jenis kulit terlebih dahulu. Mengetahui jenis kulit dapat membantu menentukan produk untuk eksfoliasi wajah yang sesuai untuk Anda. 2. Pilih jenis eksfoliasi wajah yang sesuai Cara eksfoliasi wajah yang tepat berikutnya adalah memilih jenis dan produk untuk eksfoliasi sesuai dengan tipe wajah. Menurut ahli, pengelupasan kulit wajah secara fisik maupun kimia aman dilakukan pada kulit normal. Sementara itu, eksfoliasi untuk kulit berminyak sebaiknya dilakukan secara fisik karena metode penggosokan kulit dapat memberi hasil yang maksimal. Bagi Anda yang memiliki kulit kering atau kulit sensitif, eksfoliasi kulit secara fisik tidak disarankan karena bisa membuat kulit semakin kering dan rentan iritasi. Maka dari itu, sangat penting untuk menemukan produk eksfoliasi wajah yang benar-benar cocok sesuai kulit Anda. 3. Lakukan eksfoliasi wajah dengan benar Urutan eksfoliasi wajah yang benar adalah dengan membersihkan wajah terlebih dahulu. Kemudian, basuh wajah dengan air suam-suam kuku atau air hangat. Selanjutnya, gunakan eksfoliator pada kulit atau oleskan produk scrub seraya memijat kulit perlahan dengan gerakan melingkar selama 30 detik. Hindari melakukan eksfoliasi kulit jika Anda memiliki luka terbuka atau kulit terbakar sinar matahari sunburn. 4. Oleskan pelembap setelahnya Urutan eksfoliasi wajah berikutnya adalah mengoleskan pelembap. Hal ini karena eksfoliasi kulit dapat membuat kulit terasa kering. Oleh sebab itu, sebaiknya Anda mengoleskan pelembap bebas minyak untuk mencegah kulit kering secara berlebihan setelah proses eksfoliasi kulit wajah. Gunakan sunscreen minimal SPF 30 untuk menjaga kulit dari sinar matahari Baca Juga Fungsi Scrub Wajah Pria dan Manfaatnya untuk Wajah Cara memilih produk eksfoliasi wajah sesuai jenis kulit Ada beberapa memilih produk eksfoliasi wajah sesuai jenis kulit yang bisa dipilih. Dengan demikian, Anda tidak perlu merasa kebingungan lagi dalam menentukan mana yang tepat untuk kulit. 1. Kulit normal Anda yang mempunyai kulit normal termasuk beruntung. Sebab, jenis kulit wajah ini tidak memiliki masalah kulit atau bisa dibilang mempunyai kulit yang sehat dan bersih. Selain itu, kulit normal umumnya tidak sensitif, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak, pori-pori wajah hampir tidak terlihat, dan kulit tampak cerah. Anda bisa mencoba-coba produk eksfoliasi untuk wajah mana saja yang cocok di kulit. 2. Kulit berminyak Kulit wajah berminyak umumnya disebabkan oleh produksi sebum berlebih yang berasal dari kelenjar minyak. Akibatnya, Anda mungkin akan mengalami kulit wajah berminyak pada area T-zone dahi, hidung, dan dagu. Bagi Anda yang memiliki jenis kulit ini, pilihlah produk eksfoliasi untuk kulit berminyak yang memiliki zat eksfolian dari bahan kimia yang kuat, atau menggunakan produk scrub wajah dengan bantuan sikat. Anda juga bisa menggunakan produk eksfoliasi kulit wajah instan yang dijual di pasaran atau eksfoliasi wajah dengan bahan alami yang dapat dibuat di rumah. 3. Kulit kering Kulit wajah kering biasanya memiliki kadar kelembapan yang sedikit. Jenis kulit wajah ini ditandai dengan pori-pori dan garis-garis kulit wajah yang tampak jelas. Selain itu, kulit kering cenderung kasar, bersisik, kemerahan, dan terasa gatal. Anda membutuhkan produk eksfoliasi untuk wajah mengandung AHA, seperti glycolic acid. Tujuannya, membantu mengangkat sel-sel kulit mati dan mempercepat regenerasi kulitnya baru. Pastikan Anda menggunakan pelembap dan tabir surya setelah melakukan eksfoliasi kulit wajah, terutama pada pagi hari. Pasalnya, asam glikolat bisa membuat kulit lebih sensitif terhadap paparan sinar matahari. 4. Kulit kombinasi Kulit kombinasi ditandai dengan perpaduan antara jenis kulit kering, pada area pipi. Sedangkan, area wajah lainnya akan berminyak, terutama area T wajah. Nah, Anda dapat melakukan scrub wajah dengan fokus pada area sisi wajah tertentu. Misalnya, hari ini Anda menggunakan scrub wajah dengan kandungan eksfolian zat kimia pada area wajah yang berminyak. Kemudian, gunakan scrub wajah dengan kadar AHA rendah pada area wajah yang kering pada keesokan harinya. Jika kulit terasa kering setelah melakukan eksfoliasi, oleskan pelembap wajah dengan segera. 5. Kulit rentan berjerawat Jika Anda memiliki kulit berjerawat, pilihlah produk eksfoliasi untuk wajah berjerawat yang mengandung asam salisilat, asam glikolat, atau retinoid. Namun, ingat, cara eksfoliasi wajah tidak disarankan bila sedang mengalami jerawat meradang, ya. Pasalnya, kulit bisa semakin iritasi hingga memperburuk kondisi jerawat itu sendiri. 6. Kulit sensitif Kulit wajah sensitif adalah jenis kulit yang ditandai dengan kemerahan, terasa gatal, kering, dan sensasi rasa seperti terbakar. Sebagai solusinya, Anda bisa menggunakan produk scrub wajah yang mengandung BHA. Hindari jenis pengelupasan kulit secara kimia karena dapat mengiritasi kulit dan membuat kulit kemerahan. Namun, sebelum melakukan scrub wajah, Anda sebaiknya berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit terlebih dahulu guna mengetahui produk eksfoliasi yang tepat. Pada beberapa kasus, kulit sensitif merupakan tanda dari kondisi medis tertentu, seperti rosacea atau eksim. Seberapa sering harus melakukan eksfoliasi kulit wajah? Kondisi dan jenis kulit wajah menentukan seberapa sering lakukan eksfoliasi Pada dasarnya, kondisi dan jenis kulit wajah setiap orang menentukan seberapa sering Anda harus melakukan eksfoliasi kulit. Eksfoliasi untuk kulit berminyak bisa dilakukan lebih sering, misalnya 2-3 kali dalam seminggu. Sedangkan, orang dengan jenis kulit wajah lainnya bisa melakukan eksfoliasi kulit sebanyak 1-2 kali dalam seminggu. Perlu diingat bahwa cara eksfoliasi wajah yang benar, sebaiknya jangan dilakukan terlalu sering atau secara berlebihan karena keefektifannya bisa saja berkurang. Alih-alih mengangkat sel kulit mati, over exfoliation justru dapat menyebabkan kulit menjadi kering, peradangan yang menimbulkan ruam merah di kulit, hingga jerawat. Anda bisa melakukan scrub wajah baik di pagi atau malam hari. Jika saat pagi hari kulit Anda terlihat kusam, maka lakukanlah eksfoliasi kulit di pagi hari. Sedangkan, eksfoliasi di malam hari dapat membantu mengangkat sisa make up atau kotoran yang menumpuk pada kulit setelah seharian beraktivitas. Eksfoliasi wajah adalah perawatan kulit sehari-hari yang wajib dilakukan. Meski begitu, tetap harus disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan, dan jenis kulit masing-masing. Pastikan Anda memilih jenis eksfoliasi yang cocok dengan kulit. Jangan pula melakukan eksfoliasi kulit wajah secara berlebihan agar tidak menimbulkan masalah kulit lain, seperti kulit kemerahan, iritasi, bahkan muncul jerawat. Baca juga Cara Membersihkan Wajah yang Benar agar Kulit Sehat Masih ada pertanyaan seputar pengelupasan sel kulit mati atau eksfoliasi kulit? Anda bisa konsultasi dengan dokter di aplikasi kesehatan keluarga SehatQ. Pastikan Anda sudah mengunduhnya terlebih dahulu melalui App Store dan Google Play. . 224 240 102 259 283 202 279 11

teknik untuk mempermudah pengelupasan kulit ubi yaitu